BIOGRAFI
Zakir Naik lahir pada tanggal 18 Oktober 1965 di Mumbai (Bombay pada waktu itu), India dan merupakan keturunan Konkani.[2] Ia bersekolah di St. Peter's High School (ICSE) di kota Mumbai. Kemudian bergabung dengan Kishinchand Chellaram College dan mempelajari kesehatan di Topiwala National Medical College and Nair Hospital di Mumbai. Ia kemudian menerima gelar MBBS-nya di University of Mumbai. Tahun 1991 ia berhenti bekerja sebagai dokter medis dan beralih di bidang dakwah atau proselitisme Islam[3]
Naik mengatakan ia terinspirasi oleh late Ahmed Deedat[4] yang telah aktif di bidang dakwah selama lebih dari 40 tahun.[5] Menurut Naik, tujuannya adalah "berkonsentrasi pada remaja Muslim berpendidikan yang mulai meragukan agamanya sendiri dan merasa agamanya telah kuno"[6] dan adalah tugas setiap Muslim untuk menghilangkan kesalahpahaman tentang Islam untuk melawan apa yang ia anggap sebagai bias anti-Islam oleh media Barat setelah serangan 11 September 2001 terhadap Amerika Serikat. [7] Ia telah berceramah dan menulis sejumlah buku tentang Islam dan perbandingan agama[8] juga hal-hal yang ditujukan untuk menghapus keraguan tentang Islam.[9] Sejumlah artikelnya juga sering diterbitkan di majalah India seperti Islamic Voice.[10][11][12]
Thomas Blom Hansen, seorang sosiolog yang memegang posisi akademik di berbagai universitas, telah menulis bahwa gaya Naik mengabadikan Qur'an dan hadits dalam berbagai bahasa, dan bepergian ke berbagai negara untuk membicarakan Islam bersama para teolog, telah menjadikannya sangat terkenal di lingkungan Muslim dan non-Muslim. Meskipun ia biasa berbicara kepada ratusan hadirin, dan kadang ribuan hadirin, justru rekaman video dan DVD ceramahnya yang banyak didistribusikan. PerkataannyMuslim Mumbai,[6] dan di saluran Peace TV, which he co-promotes. [1][13] Topik yang ia bicarakan mencakup: "Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern", "Islam dan Kristen", dan "Islam dan Sekularisme", di antara yang lain.[6]
a biasa direkam dalam bahasa Inggris, untuk disiarkan pada akhir pekan di sejumlah jaringan TV kabel di lingkungan
Tahun 2004, Naik mengunjungi Selandia Baru[15] dan kemudian ibu kota Australia atas undangan Islamic Information and Services Network of Australasia. Dalam konferensinya di Melbourne, menurut jurnalis Sushi Das, "Naik memuji superioritas moral dan spiritual Islam dan mencerca kepercayaan lain dan bangsa Barat secara umum", menambahkan bahwa kata-kata Naik "mendorong jiwa keterpisahan dan memperkuat pemisahan". [16]
Bulan 1 April 2005, Naik terlibat dalam debat dengan William Campbell, topiknya ialah Islam dan Kristen dalam konteks ilmu pengetahuan, di mana keduanya membicarakan dugaan kesalahan ilmiah di dalam kitab suci.[17]
Khushwant Singh, seorang jurnalis India, mengatakan bahwa kata-kata Naik "kejam" dan "mereka jarang masuk debat tingkat sarjana perguruan tinggi, di mana kontestan bersaing dengan yang lainnya untuk memperoleh nilai terbaik".[18][19]
Analis politik Khaled Ahmed menganggap bahwa Zakir Naik, menurut klaim superioritas Islam terhadap keyakinan religius lain, mempraktikkan apa yang ia sebut Orientalisme mundur. [20] Dalam sebuah ceramah di Melbourne University, Naik mengatakan bahwa hanya Islam yang memberikan wanita kesamaan sejati.[21] Ia menyatakan pentingnya penutup kepala dengan menganggap bahwa "pakaian Barat yang terbuka" membuat wanita lebih mungkin mengalami pelecehan seksual.[22]
Tanggal 21 Januari 2006, Naik mengadakan sebuah dialog antaragama dengan Sri Sri Ravi Shankar. Acara ini mengenai konsep Tuhan dalam Islam dan Hinduisme, tujuannya ialah memberikan kesepahaman antara dua agama besar India, dan mengeluarkan kesamaan antara Islam dan Hinduisme, seperti bagaimana berhala dilarang. Diadakan di Bangalore, India dengan 50.000 orang memadati Palace Grounds.[23]
Bulan August 2006, kunjungan dan konferensi Naik di Cardiff (Britania Raya) menjadi obyek kontroversi ketika MP (anggota parlemen) Wales David Davies meminta acaranya dibatalkan. Ia menyebutnya seorang 'penjual kebencian', dan mengatakan pandangannya tidak pantas memperoleh 'platform publik'; Muslim dari Cardiff, mempertahankan hak berbicara Naik di kota mereka. Saleem Kidwai, Sekretaris Jenderal Muslim Council of Wales, tidak setuju dengan Davies, menyatakan bahwa "orang-orang yang mengenalnya (Naik) tahu bahwa ia adalah salah satu orang paling tidak kontroversial yang pernah ada. Ia berbicara tentang kesamaan antar agama, dan bagaimana kita harus hidup selaras dengan mereka", dan mengundang Davies untuk membicarakan lebih jauh dengan Naik secara pribadi di konferensi ini. Konferensi tetap berjalan, setelah dewan Cardiff mengatakan bahwa mereka senang apabila ia tidak berceramah dengan pandangan ekstremis.[24][25]
Setelah sebuah ceramah oleh Paus Benediktus XVI bulan September 2006, Naik menantang debat publik langsung dengannya. Sri Paus menerima ajakan ini tapi dengan satu syarat: Zakir Naik harus berpedoman Al Quran bukan kitab suci yang diwahyukan secara langsung oleh Tuhan. Sebuah syarat yang langsung mementahkan ajakan debat itu sendiri.[26][27]
Bulan November 2007, IRF mengadakan konferensi dan pameran Islam internasional 10 hari bertemakan Konferensi Damai di Somaiya Ground di Mumbai. Ceramah tentang Islam dilaksanakan Naik juga dua puluh cendekiawan Islam lainnya dari seluruh dunia.[28]
Selama salah satu ceramahnya, Naik memprovokasi kemarahan di antara anggota komunitas Syiah di konferensi itu ketika ia menyebutkan kata-kata "Radhiyallah taa'la anhu" (berarti 'Semoga Allah mengampuninya') setelah menyebut nama Yazid I dan menyebutkan bahwa Pertempuran Karbala hanya berdasarkan politik.[29] Lainnya mempercayai komentar ini disengaja.[30]
Dalam terbitan 22 Februari 2009, Indian Express membuat daftar "100 Orang India Terkuat 2009" di antara satu miliar penduduk India, Zakir Naik masuk peringkat 82. Dalam daftar khusus "10 Guru Spiritual Terbaik India", Zakir Naik ada di peringkat 3, setelah Baba Ramdev dan Sri Sri Ravi Shankar, menjadi satu-satunya Muslim didaftar ini.
Sumber: Wikipedia ensiklopedia bebas
Zakir Naik lahir pada tanggal 18 Oktober 1965 di Mumbai (Bombay pada waktu itu), India dan merupakan keturunan Konkani.[2] Ia bersekolah di St. Peter's High School (ICSE) di kota Mumbai. Kemudian bergabung dengan Kishinchand Chellaram College dan mempelajari kesehatan di Topiwala National Medical College and Nair Hospital di Mumbai. Ia kemudian menerima gelar MBBS-nya di University of Mumbai. Tahun 1991 ia berhenti bekerja sebagai dokter medis dan beralih di bidang dakwah atau proselitisme Islam[3]Naik mengatakan ia terinspirasi oleh late Ahmed Deedat[4] yang telah aktif di bidang dakwah selama lebih dari 40 tahun.[5] Menurut Naik, tujuannya adalah "berkonsentrasi pada remaja Muslim berpendidikan yang mulai meragukan agamanya sendiri dan merasa agamanya telah kuno"[6] dan adalah tugas setiap Muslim untuk menghilangkan kesalahpahaman tentang Islam untuk melawan apa yang ia anggap sebagai bias anti-Islam oleh media Barat setelah serangan 11 September 2001 terhadap Amerika Serikat. [7] Ia telah berceramah dan menulis sejumlah buku tentang Islam dan perbandingan agama[8] juga hal-hal yang ditujukan untuk menghapus keraguan tentang Islam.[9] Sejumlah artikelnya juga sering diterbitkan di majalah India seperti Islamic Voice.[10][11][12]
Thomas Blom Hansen, seorang sosiolog yang memegang posisi akademik di berbagai universitas, telah menulis bahwa gaya Naik mengabadikan Qur'an dan hadits dalam berbagai bahasa, dan bepergian ke berbagai negara untuk membicarakan Islam bersama para teolog, telah menjadikannya sangat terkenal di lingkungan Muslim dan non-Muslim. Meskipun ia biasa berbicara kepada ratusan hadirin, dan kadang ribuan hadirin, justru rekaman video dan DVD ceramahnya yang banyak didistribusikan. PerkataannyMuslim Mumbai,[6] dan di saluran Peace TV, which he co-promotes. [1][13] Topik yang ia bicarakan mencakup: "Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern", "Islam dan Kristen", dan "Islam dan Sekularisme", di antara yang lain.[6]
a biasa direkam dalam bahasa Inggris, untuk disiarkan pada akhir pekan di sejumlah jaringan TV kabel di lingkungan
Ceramah, debat dan kontroversi
Naik telah mengadakan banyak debat dan ceramah di seluruh dunia, ia biasa mengadakannya di Mumbai, India, dan setiap tahun sejak 2007 ia memimpin Konferensi Damai 10 hari di Somaiya Ground, Sion, Mumbai dengan cendekiawan lainnya, termasuk politikus Malaysia, Anwar Ibrahim pada 2008. [14]Tahun 2004, Naik mengunjungi Selandia Baru[15] dan kemudian ibu kota Australia atas undangan Islamic Information and Services Network of Australasia. Dalam konferensinya di Melbourne, menurut jurnalis Sushi Das, "Naik memuji superioritas moral dan spiritual Islam dan mencerca kepercayaan lain dan bangsa Barat secara umum", menambahkan bahwa kata-kata Naik "mendorong jiwa keterpisahan dan memperkuat pemisahan". [16]
Bulan 1 April 2005, Naik terlibat dalam debat dengan William Campbell, topiknya ialah Islam dan Kristen dalam konteks ilmu pengetahuan, di mana keduanya membicarakan dugaan kesalahan ilmiah di dalam kitab suci.[17]
Khushwant Singh, seorang jurnalis India, mengatakan bahwa kata-kata Naik "kejam" dan "mereka jarang masuk debat tingkat sarjana perguruan tinggi, di mana kontestan bersaing dengan yang lainnya untuk memperoleh nilai terbaik".[18][19]
Analis politik Khaled Ahmed menganggap bahwa Zakir Naik, menurut klaim superioritas Islam terhadap keyakinan religius lain, mempraktikkan apa yang ia sebut Orientalisme mundur. [20] Dalam sebuah ceramah di Melbourne University, Naik mengatakan bahwa hanya Islam yang memberikan wanita kesamaan sejati.[21] Ia menyatakan pentingnya penutup kepala dengan menganggap bahwa "pakaian Barat yang terbuka" membuat wanita lebih mungkin mengalami pelecehan seksual.[22]
Tanggal 21 Januari 2006, Naik mengadakan sebuah dialog antaragama dengan Sri Sri Ravi Shankar. Acara ini mengenai konsep Tuhan dalam Islam dan Hinduisme, tujuannya ialah memberikan kesepahaman antara dua agama besar India, dan mengeluarkan kesamaan antara Islam dan Hinduisme, seperti bagaimana berhala dilarang. Diadakan di Bangalore, India dengan 50.000 orang memadati Palace Grounds.[23]
Bulan August 2006, kunjungan dan konferensi Naik di Cardiff (Britania Raya) menjadi obyek kontroversi ketika MP (anggota parlemen) Wales David Davies meminta acaranya dibatalkan. Ia menyebutnya seorang 'penjual kebencian', dan mengatakan pandangannya tidak pantas memperoleh 'platform publik'; Muslim dari Cardiff, mempertahankan hak berbicara Naik di kota mereka. Saleem Kidwai, Sekretaris Jenderal Muslim Council of Wales, tidak setuju dengan Davies, menyatakan bahwa "orang-orang yang mengenalnya (Naik) tahu bahwa ia adalah salah satu orang paling tidak kontroversial yang pernah ada. Ia berbicara tentang kesamaan antar agama, dan bagaimana kita harus hidup selaras dengan mereka", dan mengundang Davies untuk membicarakan lebih jauh dengan Naik secara pribadi di konferensi ini. Konferensi tetap berjalan, setelah dewan Cardiff mengatakan bahwa mereka senang apabila ia tidak berceramah dengan pandangan ekstremis.[24][25]
Setelah sebuah ceramah oleh Paus Benediktus XVI bulan September 2006, Naik menantang debat publik langsung dengannya. Sri Paus menerima ajakan ini tapi dengan satu syarat: Zakir Naik harus berpedoman Al Quran bukan kitab suci yang diwahyukan secara langsung oleh Tuhan. Sebuah syarat yang langsung mementahkan ajakan debat itu sendiri.[26][27]
Bulan November 2007, IRF mengadakan konferensi dan pameran Islam internasional 10 hari bertemakan Konferensi Damai di Somaiya Ground di Mumbai. Ceramah tentang Islam dilaksanakan Naik juga dua puluh cendekiawan Islam lainnya dari seluruh dunia.[28]
Selama salah satu ceramahnya, Naik memprovokasi kemarahan di antara anggota komunitas Syiah di konferensi itu ketika ia menyebutkan kata-kata "Radhiyallah taa'la anhu" (berarti 'Semoga Allah mengampuninya') setelah menyebut nama Yazid I dan menyebutkan bahwa Pertempuran Karbala hanya berdasarkan politik.[29] Lainnya mempercayai komentar ini disengaja.[30]
Dalam terbitan 22 Februari 2009, Indian Express membuat daftar "100 Orang India Terkuat 2009" di antara satu miliar penduduk India, Zakir Naik masuk peringkat 82. Dalam daftar khusus "10 Guru Spiritual Terbaik India", Zakir Naik ada di peringkat 3, setelah Baba Ramdev dan Sri Sri Ravi Shankar, menjadi satu-satunya Muslim didaftar ini.
Sumber: Wikipedia ensiklopedia bebas
Perdana Menteri Fiji Josaia Voreqe Bainimarama memuji peranan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) di Indonesia dan dunia.
Pujian itu diucapkan Bainimarama di pada pembukaan pertemuan II Forum
Pembangunan Negara-Negara Kepulauan Pasifik (Pacific Island Development
Forum/PIDF).
Dalam sambutannya, PM Bainimarama mengatakan Presiden Yudhoyono merupakan salah satu pemimpin yang berpengaruh dan mewakili negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik dalam forum G20, salah satu forum perekonomian penting saat ini.
Bainimarama juga mengatakan Indonesia memegang peranan penting di kawasan dan merupakan mitra terdekat Fiji, terutama dalam pembangunan dan sektor lainnya. Dia pun berharap hubungan antara kedua negara akan terus berkembang dengan baik.
"Kami melihat dalam 10 tahun terakhir ini pembangunan demokrasi di Indonesia terus berjalan, dan pada Juli mendatang, kami juga akan melangsungkan pemilu. Akan banyak pengamat internasional, termasuk dari Indonesia, yang akan hadir," kata Bainimarama, Kamis (19/6), seperti dilansir dari Antara.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menyampaikan pidato kunci dalam pembukaan pertemuan II PIDF yang diselenggarakan di Resort Denarau, Nadi, Fiji, Kamis pagi waktu Fiji atau Kamis dinihari waktu Jakarta.
Pertemuan 16 negara anggota PIDF tersebut berlangsung sejak 18 Juni hingga 20 Juni 2014 yang membicarakan mengenai pembangunan bersama di kawasan Kepulauan Pasifik.
Sebagai tuan rumah, Perdana Menteri Fiji Josaia Voreqe Bainimarama membuka pertemuan tersebut, kemudian Presiden Yudhoyono menyampaikan pidato kunci dalam pertemuan yang dihadiri lebih dari 500 peserta dari berbagai kalangan itu baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan juga pihak-pihak pemangku kepentingan. Dalam pidatonya, SBY mengungkap pola pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan, atau 'green economy' yang dapat menjadi kekuatan negara untuk mendorong tercapainya kesejahteraan tanpa mengorbankan keberlanjutan sumber daya alam.
"Ekonomi hijau sangat penting, itu menjadi paradigma ekonomi yang memperomosikan perkembangan ekonomoni tanpa merusak sumber daya alam," kata SBY .
SBY melanjutkan pembangunan yang berlandaskan lingkungan diperlukan saat ini, karena semua pihak sedang menghadapi tantangan terkait perubahan iklim.
"Inilah mengapa Indonesia mengambil sikap untuk mengurangi emisi gas rumah kaca," tegas Presiden.
Atas alasan itu, ia menyebut Indonesia menempatkan pembangunan yang ramah lingkungan menjadi salah satu pilar pembangunan. Untuk mengaplikasikan pola pembangunan yang ramah lingkungan, Presiden mengatakan ada tiga hal yang perlu diperhatikan.
"Yang pertama penerapan kebijakan, yang kedua adalah pilihan teknologi yang tetap dan yang ketiga adalah dengan mempromosikan pemahaman untuk mengusahakan hal yang diperlukan tanpa berlebihan mendapatkannya," papar SBY .
Dalam sambutannya, PM Bainimarama mengatakan Presiden Yudhoyono merupakan salah satu pemimpin yang berpengaruh dan mewakili negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik dalam forum G20, salah satu forum perekonomian penting saat ini.
Bainimarama juga mengatakan Indonesia memegang peranan penting di kawasan dan merupakan mitra terdekat Fiji, terutama dalam pembangunan dan sektor lainnya. Dia pun berharap hubungan antara kedua negara akan terus berkembang dengan baik.
"Kami melihat dalam 10 tahun terakhir ini pembangunan demokrasi di Indonesia terus berjalan, dan pada Juli mendatang, kami juga akan melangsungkan pemilu. Akan banyak pengamat internasional, termasuk dari Indonesia, yang akan hadir," kata Bainimarama, Kamis (19/6), seperti dilansir dari Antara.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menyampaikan pidato kunci dalam pembukaan pertemuan II PIDF yang diselenggarakan di Resort Denarau, Nadi, Fiji, Kamis pagi waktu Fiji atau Kamis dinihari waktu Jakarta.
Pertemuan 16 negara anggota PIDF tersebut berlangsung sejak 18 Juni hingga 20 Juni 2014 yang membicarakan mengenai pembangunan bersama di kawasan Kepulauan Pasifik.
Sebagai tuan rumah, Perdana Menteri Fiji Josaia Voreqe Bainimarama membuka pertemuan tersebut, kemudian Presiden Yudhoyono menyampaikan pidato kunci dalam pertemuan yang dihadiri lebih dari 500 peserta dari berbagai kalangan itu baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan juga pihak-pihak pemangku kepentingan. Dalam pidatonya, SBY mengungkap pola pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan, atau 'green economy' yang dapat menjadi kekuatan negara untuk mendorong tercapainya kesejahteraan tanpa mengorbankan keberlanjutan sumber daya alam.
"Ekonomi hijau sangat penting, itu menjadi paradigma ekonomi yang memperomosikan perkembangan ekonomoni tanpa merusak sumber daya alam," kata SBY .
SBY melanjutkan pembangunan yang berlandaskan lingkungan diperlukan saat ini, karena semua pihak sedang menghadapi tantangan terkait perubahan iklim.
"Inilah mengapa Indonesia mengambil sikap untuk mengurangi emisi gas rumah kaca," tegas Presiden.
Atas alasan itu, ia menyebut Indonesia menempatkan pembangunan yang ramah lingkungan menjadi salah satu pilar pembangunan. Untuk mengaplikasikan pola pembangunan yang ramah lingkungan, Presiden mengatakan ada tiga hal yang perlu diperhatikan.
"Yang pertama penerapan kebijakan, yang kedua adalah pilihan teknologi yang tetap dan yang ketiga adalah dengan mempromosikan pemahaman untuk mengusahakan hal yang diperlukan tanpa berlebihan mendapatkannya," papar SBY .
Salah satu gerbang Kampus
Mengenyam pendidikan perguruan tinggi hingga pascasarjana tanpa dipungut biaya apapun bahkan diberikan uang saku dan fasilitas yang memadai oleh pihak universitas adalah dambaan setiap pelajar. Terlebih lagi bisa menjadi tamu Allah dan hidup berdampingan dengan Baitullah Ka'bah di kota Mekkah, Subhanallah siapa sih yg tdk mau? Tentu semua ini menjadi iming-iming yang amat menggiurkan bagi jutaan penuntut ilmu di dunia.
Sumber : http://kakustadz.blogspot.com/2012/07/cara-mendaftar-universitas-ummul-qura.html#ixzz2stigZfjG
Mengenyam pendidikan perguruan tinggi hingga pascasarjana tanpa dipungut biaya apapun bahkan diberikan uang saku dan fasilitas yang memadai oleh pihak universitas adalah dambaan setiap pelajar. Terlebih lagi bisa menjadi tamu Allah dan hidup berdampingan dengan Baitullah Ka'bah di kota Mekkah, Subhanallah siapa sih yg tdk mau? Tentu semua ini menjadi iming-iming yang amat menggiurkan bagi jutaan penuntut ilmu di dunia.
Ya, Universitas Ummul Qura Makkah
memberikan beasiswa study bagi mahasiswa asing non-Arab Saudi untuk
memperdalam studi agama Islam di universitas ini. Untuk kuota mahasiswa
asing, universitas selama ini hanya memberikan jatah 3 mahasiswa baru
tiap negara setiap kali penerimaannya. Hal ini dikarenakan Ummul Qura
lebih dikhususkan bagi mahasiswa domestik. Penerimaannya pun tidak mesti
tiap tahun sekali, bisa juga dua tahun sekali. Berbeda dengan Universitas Islam Madinah yang memang 80 % kuota untuk mahasiswa asing.
Perlu diketahui bahwa pihak Universitas
hanya menyediakan satu jalur menuju jenjang S1 melalui program persiapan
Bahasa Arab untuk mahasiswa baru non-Arab yang ditempuh selama dua
tahun. Setelah itu, akan ada seleksi bagi mahasiswa yang berprestasi
untuk melanjutkan studinya pada jenjang s1.
Sumber : http://kakustadz.blogspot.com/2012/07/cara-mendaftar-universitas-ummul-qura.html#ixzz2stigZfjG










